Dunia peternakan ayam merupakan salah satu bidang peternakan yang cukup menjanjikan. Mengingat permintaan daging ayam di pasaran semakin meningkat, tidak ada salahnya bagi kita untuk berinovasi dengan memulai membangun peternakan ayam. Untuk efisiensi dan sentuhan modern, kandang closed house jauh lebih menjanjikan.
Kandang berfungsi sebagai tempat beristirahat dan bernaung ayam agar mereka terlindungi dari perubahan cuaca dan binatang buas. Saat ini, penggunaan kandang ayam jenis tertutup sudah mulai bertebaran di Indonesia. Memangnya apa yang menjadikannya unggul?
Sebagai peternak, tentu tidak ingin rugi karena banyaknya hewan yang meninggal. Pada umumnya, kandang tradisional atau kandang jenis terbuka justru lebih rawan pada mortalitas ayam. Berbanding terbalik dengan kandang closed house.
Sistem kandang modern ini tidak menggunakan ventilasi alami seperti kandang tradisional. Sebab itu, suhu yang berada di luar kandang tidak berpengaruh pada suhu di dalamnya. Bahkan, keadaan di dalam kandang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan ayam.
Riset Ilmiah Studi Ekonomi Peternakan Modern
Wageningen Economic Research Institute melakukan riset terhadap peternakan yang menggunakan kandang closed house di Jawa Barat pada tahun 2016. Hasilnya adalah kinerja produksi 11% jauh lebih baik daripada kandang tradisional. Baik itu mortalitas ayam maupun konversi pakannya sangat lebih baik.
Dalam kandang tertutup selain keterjaminan sedikitnya angka kematian, hasil daging kandang tertutup juga jauh lebih berat daripada ayam yang diternak pada kandang tradisional. Tak heran apabila keuntungan peternak dengan sistem kandang modern ini cukup bersaing di pasaran.
Lantas, Mengapa Harus Memilih Closed House?
Sesuai riset yang sudah dilakukan, persentase keadaan ayam dan keuntungan lebih baik 11% adalah angka yang cukup besar. Dengan mengurangi angka kematian ayam, tentu keuntungan juga bertambah banyak bila dibandingkan dengan peternakan tradisional yang angka kematiannya lebih tinggi.
Meskipun kita perlu berinvestasi pada tahap awal memulai peternakan, hasilnya jauh lebih menjanjikan ketimbang peternakan tradisional. Peternakan tradisional memiliki biaya operasional yang periodenya lebih pendek daripada peternakan modern. Selain itu, bobot daging dari kandang closed-house jauh lebih besar sehingga harga jual pun ikut meningkat.
Berapa Biaya yang Dibutuhkan Serta Perkiraan Keuntungan?
Biaya merupakan hal penting yang perlu diperhatikan sebelum mulai beternak. Untuk itu, analisis komponen biaya sangat menentukan kelancaran bisnis peternakan. Dua hal yang perlu diperhatikan adalah modal awal investasi dan biaya operasional produksi. Sumber data diambil dari Jurnal Publikasi dan Jurnal Aves Edisi Desember 2017.
Modal Awal Investasi
Biaya untuk kebutuhan dan keberlangsungan proses produksi dalam menjalankan bisnis peternakan adalah modal awal investasi. Modal awal terdiri dari aset investasi dan modal dalam jumlah yang cukup besar. Berikut adalah komponen modal awal untuk budidaya 45.000 ekor ayam.
Kebutuhan | Volume Satuan | Harga Satuan (Rupiah) | Jumlah (Rupiah) |
Tanah | 20.000 m2 | 200.000 | 4.000.000.000 |
Kandang | 3 | – | 4.000.000.000 |
Feeder Semi Otomatis | 25 Buah | 2.500.000 | 62.500.000 |
Paralon | 1.500 m | 20.000 | 30.000.000 |
Nipple Drinker | 8.500 Buah | 6.500 | 55.250.000 |
Cooling Pad | 300 Lembar | 500.000 | 150.000.000 |
Terpal | 4.000 m | 10.000 | 40.000.000 |
Instalasi dan Tangki Air | 3 Unit | 10.000.000 | 30.000.000 |
Exhaust Fan | 60 Unit | 8.000.000 | 480.000.000 |
Genset Besar (150 KVA) | 1 Unit | 150.000.000 | 150.000.000 |
Genset Kecil (80 KVA) | 1 Unit | 80.000.000 | 80.000.000 |
Timbangan Duduk | 3 Buah | 2.000.000 | 6.000.000 |
Mesin Pemecah Jagung | 1 Unit | 15.000.000 | 15.000.000 |
Mesin Pencampur Pakan | 2 Unit | 35.000.000 | 70.000.000 |
Mesin Pencampur Obat | 1 Unit | 16.000.000 | 16.000.000 |
Bangunan Gudang, Tempat Pakan dan Kantor | 3 Bangunan | – | 600.000.000 |
TOTAL | 9.784.750.000 |
Modal awal yang dibutuhkan sekitar Rp. 9.800.000.000 bila dibulatkan nominalnya. Kelancaran produksi seperti aset, bangunan, dan peralatan peternakan ayam sangat bergantung pada modal awal.
Biaya Operasional Produksi
Selanjutnya ada biaya operasional produksi yang merupakan kombinasi dari biaya penyusutan dan biaya tidak tetap. Rinciannya sebagai berikut:
Jenis | Jumlah (Rupiah) |
Kandang | 150.000.000 |
Peralatan Makan dan Minum | 20.000.000 |
Terpal | 20.000.000 |
Cooling Pad | 35.000.000 |
Tangki Air | 1.000.000 |
Exhaust Fan | 100.000.000 |
Perlengkapan dan Peralatan Kandang | 30.000.000 |
Mesin Pemecah dan Pencampur | 10.000.000 |
Bangunan | 70.000.000 |
Dokter Hewan dan Supervisor | 50.000.000 |
Penjaga Kandang | 50.000.000 |
Sewa Tanah | 70.000.000 |
Bunga | 150.000.000 |
PBB | 8.000.000 |
TOTAL BIAYA TETAP | 764.500.000 |
Listrik | 99.000.000 |
Pakan | 150.000.000 |
Vaksin dan Obat | 95.000.000 |
Biaya Pemasaran | 450.000.000 |
Biaya Perbaikan | 500.000.000 |
TOTAL BIAYA TIDAK TETAP | 1.294.000.000 |
TOTAL BIAYA OPERASIONAL |
Perkiraan Keuntungan
Pada umumnya, panen 45.000 ekor ayam dengan peternakan modern akan berhasil sekitar 97% atau setara dengan 43.650 ekor. Dengan estimasi setiap ayam memiliki berat rata-rata 2 kilogram yang dibanderol dengan harga Rp. 32.000 per kilogram nya
Hasil penjualan dalam sekali panen adalah 87.300 kilogram dikalikan dengan Rp. 32.000 adalah Rp. 2.793.600.000. Untuk menghitung laba bersih dapat dihitung sebagai berikut:
Rp. 2.793.600.000 – Rp. 1.294.000.000 = Rp. 1.499.600.000 |
Hasil Penjualan – Modal Usaha = Laba Bersih |
Keuntungan bersih berdasarkan perhitungan kasar ini mencapai lebih dari 1 Miliar dalam jangka waktu yang cepat atau kurang lebih 3 bulan setiap musimnya. Untuk perhitungan yang lebih mendetail bisa berkonsultasi dengan ahli keuangan.
Bagaimana Penerapan Peternakan Modern di Indonesia?
Saat ini rasio pemilik kandang modern masih sedikit daripada kandang tradisional. Banyak skema permodalan jika semua pihak bekerja sama dengan sistem bagi hasil dan sebagainya dengan tujuan yang sama. Peternakan modern dengan keuntungan hampir 1 miliar tersebut sangat menguntungkan.
Di Indonesia, masih banyak generasi muda yang ingin memajukan peternakan ayam agar menjaga ketahanan pangan. Misalnya para mahasiswa UGM yang menciptakan SCOPE untuk membuat pakan halus. Lalu ada juga, Chickin yang ikut berkontribusi memajukan peternakan ayam di Indonesia dengan alat canggih yang berguna bagi manajemen kandang secara otomatis.
Generasi muda Indonesia bersinergi agar bidang peternakan lebih baik lagi. Beradaptasi dengan dunia modern, bisa mulai dicoba sedari dini. Peternak dengan kandang tradisional bisa mulai beralih menggunakan kandang modern. Hasil yang dapat diraih juga cukup menjanjikan dan menguntungkan.
Peternakan ayam di Indonesia masih kalah jauh dengan kemajuan perikanan atau peternakan sapi yang lebih adaptif.
Demikian, sistem manajemen perkandangan modern jauh lebih baik agar ikut maju seperti bidang peternakan lainnya. Indonesia perlu menjaga ketahanan pangan dengan sistem peternakan yang jauh lebih modern.
terimakasih informasinya sangat membantu untuk usaha ayam petelur